MAKALAH
MAKRO EKONOMI
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Ekonomi Makro Islam
Dosen pengampu: Guntur Kusuma Wardana, MM
Disusun oleh:
Widyaningrum
Noviatul Hasanah
Uswatun Hasanah
Rofiatul Romadiana
Susi Wulandhari
PROGAM STUDI
EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena
atas izin-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Makro Ekonomi” dengan lancar, semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan memberikan manfaat bagi kita semua.
Tak
lupa kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat
selesai dengan lancar, dan juga memberikan dukungan baik secara moril maupun
materil.
Akhir
kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna untuk itu saya mengharap saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata
penulis sampaikan terimakasih.
Genteng, 22 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1.2 Sejarah
Perkembangan Ekonomi Makro
1.2 Pokok
Masalah Ekonomi Makro
1.2
Permasalahan dan Tujuan Ilmu Ekonomi Makro
1.2 Uang dalam Ekonomi Syariah
1.2 Adanya Pemerintah sebagai Pelaku
Ekonomi Raksasa
1.2 Dampak Uang pada Sisi Permintaan
1.2 Dampak Uang pada Sisi Penawaran
1.2 Dampak Pemerintah pada Sisi
Penawaran
BAB
IIIPENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam ilmu
ekonomi, terdapat dua cabang yaitu ekonomi makro dan ekonomi mikro. Yang
dimaksud dengan ekonomi makro adalah kajian tentang aktivitas ekonomi suatu
negara, sedangkan ekonomi mikro adalah kajian tentang tingkah laku individual
dalam ekonomi. Perbedaan yang esensial dalam kajian ekonomi mikro dan ekonomi
makro mencakup dua hal, yaitu:
Adanya
uang dalam ekonomi makro, sehingga nominal price menjadi faktor kajian penting.
Daam kajian ekonomi mikro, yang terpenting adalah harga relatif (relative
price, Px/Py), atau harga relatif pendapatan (income relative price,
I/Px,I/Py). Adanya uang inilah yang nantinya akan menghasilkan cabang ilmu
ekonomi moneter.
Adanya
pembeli dan penjual raksasa dalam ekonomi makro yaitu pemerintah. Kemampuan dan
perilaku pemerintah membelanjakan dan menabung uangnya dalam jumlah yang sangat
besar menjadi kajian tersendiri yang nantinya akan menghasilkan cabang ilmu
ekonomi fiskal.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah
Yang Dimaksud dengan Sejarah Perkembangan Ekonomi Makro?
1.2.2 Apakah
Yang Dimaksud dengan Pokok Masalah Ekonomi Makro?
1.2.3 Apakah
Yang Dimaksud dengan Permasalahan dan Tujuan Ilmu Ekonomi Makro?
1.2.5 Apakah Yang Dimaksud dengan Adanya
Pemerintah sebagai Pelaku Ekonomi Raksasa?
1.2.6Apakah Yang Dimaksud denganDampak
Uang pada Sisi Permintaan?
1.2.7 Apakah Yang Dimaksud dengan Dampak
Uang pada Sisi Penawaran?
1.2.8 Apakah Yang Dimaksud dengan Dampak
Pemerintah pada Sisi Penawaran?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui
dan Menjelaskan Perkembangan Ekonomi Makro.
1.3.2 Mengetahui
dan Menjelaskan Pokok Masalah Ekonomi Makro.
1.3.3 Mengetahui
dan Menjelaskan Permasalahan dan Tujuan Ilmu Ekonomi Makro.
1.3.4 Mengetahui dan Menjelaskan
Uang dalam Ekonomi Syariah.
1.3.5 Mengetahui dan Menjelaskan
Adanya Pemerintah sebagai Pelaku Ekonomi Raksasa.
1.3.6 Mengetahui dan Menjelaskan Dampak Uang pada Sisi
Permintaan.
1.3.7 Mengetahui dan Menjelaskan
Dampak Uang pada Sisi Penawaran.
1.3.8 Mengetahui dan Menjelaskan
Dampak Pemerintah pada Sisi Penawaran.
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Ekonomi
Makro
Perkembangan ilmu ekonomi makro
berawal dari kegagalan ekonomi klasik yang sangat fanatic terhadap konsep
mekanisme pasar dalam mengatur
perekonomian. Kegagalan tersebut memunculkan pemikiran-pemikiran baru para ahli
–ahli ekonomi. Alhi ekonomi dari Keynesian menekankan betapa pentingnya peranan
pemerintah. Pemerintah cukup strategis dalam mengendalikan berbagai masalah
ekonomi makro, seperti inflasi dan pengengguran serta pertumbuhan ekonomi
melalui berbagai kebijakan. Sementara golongan klasik berkeyakinan bahwa
mekanisme pasar akan dapat mengatasi segala masalah perekonomian. Berikut ini
akan diuraikan dua aliran pemikiran ahli-ahli ekonomi tersebut yakni ahli-ahli
ekonomi klasik dan ahli-ahli ekonomi Keynesian.
Adam
Smith, Karyanya yang terkenal adalah bukuAn Inquiry into the Nature and
Causes of the Wealth of Nations (disingkat The Wealth of Nations) adalah buku pertama
yang menggambarkan sejarah perkembangan industri dan perdagangan di Eropa serta
dasar-dasar perkembangan perdagangan bebas dan kapitalisme. Adam Smith
adalah salah satu pelopor sistem ekonomi Kapitalisme. Sistem
ekonomi ini muncul pada abad 18 di Eropa Barat dan pada abad 19 mulai terkenal
disana. Adam smith melalui buku The
Wealth Of Nation mendorong pemikir ahli-ahli klasik sangat menekan tentang
peranan system pasar bebas sebagai pengetur kegiatan ekonomi yang efisien.
Ahli-ahli ekonomi klasik berkeyakinan bahwa konsep invisible hand atau
bekerjanya mekanisme pasar kekuatan penjual dan pembeli dalam berinteraksi
dalam berbagai kegiatan ekonomi dapat menentukan produk apa yang di hasilkan.
Depresi ekonomi yang hebat terjadi pada tahun 1929-1933 melahirkan ekonomi
baru asal inggris yaitu John Maynard
Keynes (1883-1946) dengan bukunya yang terkenal “ General Theory of
Employment,Interest and Money”ditulis tahun 1936 menjadi cikal bakal
bagi perkembangan “TEORI EKONOMI MAKRO”.
Sesudah Keynes berkembanglah tunas-tunas baru yang tidak sepenuhnya Klasik
dan Keynesian, seperti kelompok “
Post Keynesian Economists” dengan tokohnya antara lain: John Robinson,
Paul Davidson, Sidney Weintraub, Kelompok Allan Meltzer , kelompok “
Rational Expectations” dengan tokohnya antara lain: Robert Lucas, Mark
Willes, Robert Barro, dan sebagainya.
2.2 Pokok
Masalah Ekonomi Makro
Masalah pokok perekonomian adalah terbatasya alat pemuas, padahal kebutuhan
manusia tidak terbatas sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara
kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
jumlahnya terbatas. Dan pada akhirnya menyebabkan masalah kelangkaan atau
kekurangan. Sehingga dua masalah pokok yang harus dipecahkan yaitu:
1.
Kebutuhan manusia
Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi
kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. selama hidup
manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan,
lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu
masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam kebutuhan masyarakat yang harus
dipenuhi.
Yang dimaksudkan dengan kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat
untuk mengkonsumsi barang dan jasa. Sebagian barang dan jasa ini diimportdari
luar negeri. Tetapi kebanyakan diproduksikan di dalam negeri. Keinginan untuk
memperoleh barang dan jasa dapat dibedakan kepada dua bentuk yaitu keinginan
yang disertai oleh kemampuan untuk membeli.atau yang dinamakan permintaan
efektif dan keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan untuk membeli.
2.
Masalah kelangkaan
Masalah kelangkaan atau kekurangan berlaku sebagai akibat dari
ketidakseimbangan antara (i) kebutuhan masyarakat (ii) faktor-faktor produksi
yang tersedia dalam masyarakat.Faktor – faktor produksi yang dapat digunakan
untuk menghasilkan barang-barang tersebut adalah relatif terbatas. Oleh
karenanya masyarakat tidak dapat memperoleh dan menikmati semua barangyang
mereka butuhkan atau inginkan. Mereka perlu membuat dan menentukan pilihan.
Sumber daya alam dan jumlahnya sangat terbatas. SDA tersebut
berangsur-angsur berkurang, bahkan akan habis dalam memenuhi kebutuhan manusia.
Oleh karena itu, mengakibatkan kelangkaan. Jadi, kelangkaan adalah terbatasnya
macam dan SDA yang ada untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2.3
Permasalahan dan Tujuan Ilmu Ekonomi Makro
Masalah ekonomi yang ditimbulkan akibat kesenjangan AS dengan AD antara
lain :Secara garis besar, permasalahan kebijaksanaan makro mencakup dua
permasalahan pokok:
a.
Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi. Masalah ini berkaitan dengan
bagaimana “menyetir” perekonomian nasional dari bulan ke bulan, dan triwulan ke
triwulan atau dan tahun ke tahun,
agar terhindar dan tiga “penyakit makro” utama yaitu:
1) Inflasi,
2) Pengangguran
3) Ketimpangan dalam neraca pembayaran.
4) Pertumbuhan ekonomi
b.
Masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan.
Masalah ini adalah
mengenai bagaimana kita “menyetir” perekonomian kita agar ada keserasian antara
pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana
untuk investasi. Pada asasnya masalahnya juga berkisar pada bagaimana
menghindari ketiga penyakit makro di atas, hanya perpektif waktunya adalah
lebih panjang (lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh lima tahun).
Tujuan Ekonomi Makro :
Tujuan Makro
Ekonomi, adalah mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi melalui:
a)
Menstabilkan kegiatan ekonomi
b)
Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja (kesempatan kerja) penuh tanpa inflasi
c)
Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh
d)
Menghindari masalah inflasi
2.4 Uang dalam Ekonomi
Makro
Definisi uang adalah alat tukar atas
barang dan jasa dalam pasar ekonomi. Dalam kajian ekonomi makro, yang penting
adalah harga relatif (Relative Price, Px/I) atau harga relatif pendapatan
(Income Relative Price, I/Px dan I/Py) . Harga relatif elative price) Px/Py
menentukan kemiringan (slope) budget line.
Harga Relatif
Barang X terhadap barang Y (relative
price, Px/Py)
Besarnya harga relatif (relative
price, Px/Py) menentukan kemiringan budget line. Bila harga relatife semakin
besar (Px/Py >) . maka kemiringan budget line semakin besar (semakin curam).
Sedangkan bila harga relafe semakin kecil (Px/Py <). Maka kemiringan budget
line semakin kecil (semakin landai).
Contoh:
Untuk memenuhi
kebutuhan bapak rusdi terhadap barang X dan barang Y, jumlah dana yang tersedia
untuk mengonsumsi kedua barang tersebut adalah Rp. 160.000, saat ini barang X
adalah Rp.8.000, per buah dan barang Y adalah Rp. 10.000 Per buah. Berikut
adalah kombinasi jumlah barang X dan Y yang dapat dikonsumsikan oleh bapak
rusdi sesuai dengan dana yang tersedia.
Tabel 1.1 jumlah
barang X dan Y dikonsumsi dengan Px/Py = 0.8
Kombinasi Barang
|
Harga Barang X
(Px)
|
Jumlah Barang X dikombinasi (Qx)
|
Harga Barang Y
(Py)
|
Jumlah Barang Y dikonsumsi (Qy)
|
Pengeluaran Total
|
Ao
|
8.000
|
20
|
10.000
|
0
|
160.000
|
Bo
|
8.000
|
15
|
10.000
|
4
|
160.000
|
Co
|
8.000
|
10
|
10.000
|
8
|
160.000
|
Do
|
8.000
|
0
|
10.000
|
16
|
160.000
|
Dari beberapa kombinasi jumlah
barang X dan jumlah barang Y yang dapat dikombinasikan seperti terlihat pada
tabel 1.1 dibuat budget line sebagai berikut:
Grafik
diatas menggambaran budget line Bapak Rusdi dalam mengonsumsi barang X dan
barang Y, dan menunjukkan kemiringan budget line yang besarnya sama dengan arga
relatife (Px/Py) yaitu 0,8
Apabila arga barang X (Px) turun
menjadi Rp 5.000 perbuah dan harga barang (Py) tetap Rp 10.000 perbuah , maka
harga relatif (Relative price) Px/Py akan turun dan jumlah barang X dan Y yang
dapat dionsumsi oleh bapak Rusdi berubah seperti terlihat pada dibawah ini:
Tabel 1.2 jumlah
barang X dan Y dikonsumsi dengan Px/Py = 0,5
Kombinasi Barang
|
Harga Barang X
(Px)
|
Jumlah Barang X dikombinasi (Qx)
|
Harga Barang Y
(Py)
|
Jumlah Barang Y dikonsumsi (Qy)
|
Pengeluaran Total
|
A’
|
5.000
|
32
|
10.000
|
0
|
160.000
|
B’
|
5.000
|
24
|
10.000
|
4
|
160.000
|
C’
|
5.000
|
16
|
10.000
|
8
|
160.000
|
D’
|
5.000
|
0
|
10.000
|
16
|
160.000
|
Dari kombinasi jumlah barang X dan
jumlah barang y seperti pada tabel diatas dibuatlah grafik budget line adalah
sebagai berikut:
Grafik diatas
menggambarkan budget line Bapak Rusdi dalam mengkonsumsi barang X dan Barang Y.
Grafik Budget Line, menggambarkan kondisi awal penurunan harga barang X,
sedangkan grafik Budget Line, menunjukkan kondisi setelah terjadinya penurunan
barang X. Turunnya harga barang X (Px) selalu mengubah kombinasi jumlah barang
x dan barang Y yang dikonsumsi, juga mengubah harga relatif (relative price)
Px/Py menjadi lebih kecil, dari 0,8 menjadi 0,5 penurunan harga relatif
(relative price) Px/Py menyebabkan perubahan kemiringan budget line menjadi
lebih kecil (lebih landai)
Apabila harga barang X (Px) tetap Rp
8.000 per buah sedangkan harga barang Y (Py) turun menjadi Rp 4.000 per buah,
maka harga relatif (relative price) Px/Py naik menjadi 8.000/4.000 = 2 dan
jumlah barang X dan barang Y yang dpat dikonsumsi oleh Bapak Rusdi berubah
seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.3 jumlah
barang X dan Y dikonsumsi dengan Px/Py = 2
Kombinasi Barang
|
Harga Barang X
(Px)
|
Jumlah Barang X dikombinasi (Qx)
|
Harga Barang Y
(Py)
|
Jumlah Barang Y dikonsumsi (Qy)
|
Pengeluaran Total
|
A’’
|
8.000
|
20
|
4.000
|
0
|
160.000
|
B’’
|
8.000
|
15
|
4.000
|
10
|
160.000
|
C’’
|
8.000
|
10
|
4.000
|
20
|
160.000
|
D’’
|
8.000
|
0
|
4.000
|
40
|
160.000
|
Dari kombinasi jumlah Brang X dan
Barang Y seperti pada Tabel diatas, dibuatlah grafik Budget Line adalah sebagai
berikut:
Grafik diatas
menggambarkan Budget Line Bapak Rusdi dalam mengkonsumsi barang X dan Barang Y
. grafik Budget Line, menggambarkan kondisi awal sebelum terjadi penurunan
harga barang X, sedangkan grafik Budget Line, menunjukkan kondisi setelah
terjadi penurunan harga barang Y. Turunnya harga barang Y (Py) selain mengubah
kombinasi jumlah barang X dan jumlah Barang Y yang dikonsumsi, juga mengubah
harga relatif (relative price) Px/Py menjadi lebih besar, dari 0,8 menjadi 2.
Peningkatan harga relatif (relative price) Px/Py menyebabkan perubahan
kemiringan budget line menjadi lebih besar (lebih curam)
Harga
Relatif Pendapatan Terhadap Harga Barang X atau arga Barang Y (income relative
price, I/Px atau I/Py)
Dalam ekonomi mikro hanya dikenal
satu nilai dari uang, yaitu daya beli uang yang digambarkan dalam harga Relatif
pendapatan (income relative price, I/Px atau I Py). Harga relatif pendapatan
(income relative price, I/Px atau I/Py) menentukan lewat titik budget line pada
sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Bila semua pendapatan digunakan untuk
membeli barang X, maka daya belinya adalah I/Px = Qx, bila semua pendapatan
digunakan untuk membeli barang y, maka daya belinya adalah I/Py = Qy
Contoh:
Bapak Ridwan ingin
mengonsumsi barang X dan barang Y dengan pendapatan sebesar 1.000.000,- Harga
Barang X adalah Rp 100.000,- per meter persegi dan harga Barang Y Rp 5.000,-
per meter persegi. Berikut adalah daya beli Bapak Ridwan terhadap barang X dan
Barang y adalah sebagai berikut:
Pendapatan (I)
|
Barang
|
Harga Barang
|
Daya Beli (I/P)
|
1.000.000
|
X
|
100.000
|
10
|
1.000.000
|
Y
|
50.000
|
20
|
Jika harga barang X
turun menjadi Rp40.000 Per meter persegi, maka daya beli Bapak Ridwan adalah:
Tabel 1.5 Perubahan
Daya Beli bila Barang X turun
Pendapatan (I)
|
Barang
|
Harga Barang
|
Daya Beli (I/P)
|
1.000.000
|
X
|
40.000
|
25
|
1.000.000
|
Y
|
50.000
|
20
|
Turunnya harga Barang X menyebabkan
daya beli barang X meningkat. Tiap budget line pada sumbu X bergerak dari angka
10 (Io/Pxo) ke angka 25 (Io/Px’), sedangkan titik budget line pada sumbu Y tetap,
sehingga budget line bergerak pada porosnya, yaitu dtitik 20 pada sumbu Y
(Io/Pyo).
Jika harga Barang Y naik menjadi Rp
75.000 per meter persegi, maka daya beli Bapak Ridwan adalah:
Tabel 1.6 Perubahan
Daya beli Harga Barang Y Naik
Pendapatan (I)
|
Barang
|
Harga Barang
|
Daya Beli (I/P)
|
1.000.000
|
X
|
40.000
|
25
|
1.000.000
|
Y
|
50.000
|
20
|
Naiknya harga barang Y
menyebabkan daya beli barang Y menurun. Titik budget line pada sumbu Y bergerak
dari angka 20 (Io/Pyo) ke angka 13,3 (Io/Py’), sedangkan titik budget line pada
sumbu X tetap, sehingga budget line bergerak pada porosnya yaitu dititik 10
pada sumbu X (Io/Pxo).
Jika pendapatan (I) Bapak Ridwan
naik menjadi Rp 1.500.000,- maka daya beli Bapak Ridwan adalah:
Pendapatan (I)
|
Barang
|
Harga Barang
|
Daya Beli (I/P)
|
1 500.000
|
X
|
100.000
|
15
|
1.500.000
|
Y
|
50.000
|
30
|
Naiknya pendapatan Bapak Ridwan
menyebabkan daya beli barang X dan barang Y meningkat. Titik budget line pada
sumbu X bergerak dari angka 10 (Io/Pxo) ke angka 15 (I’/Pxo), sedangkan titik
budget line pada sumbu Y bergerak dari angka 20 (Io/Pyo) ke angka 30 (I’/Pyo),
sehingga budget line secara pararel bergera kearah kanan.
Dalam ekonomi makro, adanya unsur
uang menyebabkan nominal price menjadi penting karena ada dua nilai yang
berbeda yaitu: nilai nominal uang dan daya beli barang. Satu nominal pendapatan
naik berarti nominal uang yang dimiliki bertambah, namun belum tentu daya
belinya juga meningkat. Katakanlah pemerintah mencetak uang baru sehingga
jumlah uang yang beredar bertambah banyak padahal barang yang tersedia tidak
bertambah (Qx ó), maka yang terjadi adalah
naiknya barang X (Px á). Secara matematis: Iá/Pxá = Qx ó
Pergerakan kurva AD ke AD’ karena
adanya kenaikan pendapatan dan juga menambah jumlah uang yang beredar. Kurva AS
vertikal karena jumlah barang yang tersedia tetap. Pergerakan kurva AD ke kurva
AD’ menyebabkan naiknya harga barang X dari Rp 100.000,- menjadi Rp. 150.000,-.
Bila persentase kenaikan pendapatan sama dengan persentase kenaikan harga, maka
daya beli tidak berubah.
Jika yang naik bukan saja harga
barang X tapi juga harga barang-barang lain, bicara umum fenomena ini disebut
inflasi. Inflasi menggambarkan daya beli uang dalam perspektif domestik.
Jika perubahan daya beli itu
ditempatkan dalam perspektif internasional, maka fenomena ini disebut perubahan
nilai tukar. Bayangkan bila satu roti untuk sandwich harganya Rp. 4.000,- di
Dunin Donuts Jakarta, sedangkan harga barang yang sama di Bostin, Amerika
Serikat adalah USD 1, setahun kemudian roti untuk sundwich tersebut naik
menjadi Rp. 8.000,-. Sedangkan di Boston tetap USD 1. Hal ini menggambarkan
bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD melemah atau dengan barang lain daya beli
rupiah menurun separuhnya dibandingkan daya bel USD terhadap barang yang sama.
Dalam buku ekonomi mikro islami,
telah dijelaskan bahwa perbedaan antara konsep islam dengan konsep konvensional
terletak pada perbedaan konsep utilitas pada sisi permintaan dan konsep
produksi pada sisi penawaran. Dengan dimasukkan unsur uang dalam ekonomi makro,
maka perbedaan antara ekonomi makro islam dengan ekonomi makro konvensional,
bertambah satu lagi yaitu perbedaan konsep uang dalam masyarakat islam, uang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan, bahkan keberadaan uang
dapat menghindari terjadinya riba fadhl
Fungsi utama uang dalam konsep islam
adalah memperlancar transaksi sektor beli sehingga tidak diperlukan adanya
double coincidence needs. Fungsi ini secara konsisten diperhatikan dalam konsep
islam, sehingga transaksi dipasar uang selalu terkait dengan transaksi dipasar
barang.
2.5
Adanya Pemerintah Sebagai Pelaku Ekonomi Raksasa
Dalam ekonomi mikro, pendapatan Y
seorang individu dapat digunakan untuk mengkonsumsi C dan menabung S, yang
secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
Y=C+S
Keterangan:
Y = Pendapatan Individu
C = Konsumsi
S = tabungan
|
Bila ada banyak orang maka dalam
ekonomi makro pendapatan semua orang yang berada dalam satu negara disebut
pendapatan domestik Bruto (PDB) atau GDP (Gross Domestic Product).
Sampai disini ssebenarnya tidak ada
perbedaan yang esensial antar konsep pendapatan Y, konsumsi C, dan tabungan S
dalam ekonomi mikro dibandingkan dengan ekonomi makro.perbedaan hanya terletak
pada agregasi ( penjumlahan horizontal ) dari masing-masing komponen. Dalam ekonomi
makro yang diukur adalah Y,C,S individual, sedangkan dalam ekonomi makro
Agregat C, Agregat S yaitu penjumlahan dari semua individu pada negara
tersebut. Untuk membedakan antar perilaku rumah tangga atau keluarga
(household) dengan perilau pemerintah, maka Agregat Y, agregat C, agregat S
keluarga disebut sebagai Yh’ , Ch’ , Sh’ dimana notasi ‘h’ berarti househld
(keluarga)
Perbedaan
yang esensial terletak pada adanya pemerintah yang mempunyai kemampuan yang
sangat besar dan perilaku yang berbeda. Untuk membedakannya sebut saja Ys’ ,
Cg’ , Sg’ dimana notasi ‘g’ berarti government.
Keseluhan ,total pendapatan ,total konsumsi dan
tabungan dapat dirumuskan :
( Yh + Yg ) = (Ch + Sh ) + (Cg
+Sg )
|
Dalam teori ekonomi yang di kembangkan oleh aliran keynesian,
sering kali diasunsikan bahwa tabungan (S) akan digunakan sepenuhnya untuk
melakukan investasi (I). Secara matematis dirumuskan:
S = I
|
Meskipun tidak
selamanya benar, asumsi ini menyederhanakan pemahaman bagi pemula. Bila asumsi
ini kita gunakan dalam persamaan di atas, maka diperoleh rumus:
( Yh + Yg ) = ( Ch + Ih ) +
(Cg + Ig )
|
Dalam banyak literatur
ekonomi makro yang dikembangkan oleh aliran keynesian, lazimnya investasi tidak
dibedakan antara yang dilakukan oleh keluarga maupun oleh pemerintah. Bila
investasi keluarga (Ih) digabungkan dengan investasi pemerintah (Ig),
dan sebut saja investasi (I); pendapatan keluarga (Yh) digabungkan
dengan pendapatan pemerintah (Yg), dan sebut saja pendapatan (Y).
Dalam literatur aliran tersebut, konsumsi pemerintah (Cg), lazim
diberi notasi G, maka persamaan (1-5)
dapat di tulis sebagai berikut:
( Yh + Yg ) = Ch + (Ih + Ig)
+ Cg
Y = C + I + G
|
2.6
Dampak uang pada sisi permintaan: money
illusion dan po komsumsi ( materi intermediate)
Dalam ekonomi makro islami, perbedaan pada
sisi permintaan terasa dampak dimasukkannya unsur uang pada teori optimalisasi,
khususnya pada bugned line (minimumkan bugned line tertentu). Efek akhir bugned
line(line effect) merupakan kombinasi
dari efek subsitusi(substitution effect)
dan efek perubahan pendapatan (incom
effect). Efek substitusi terjadi akibat perubahan harga ralatif (relative price) ini akan mengubah
kemiringan (slope)budget line,
sehingga tinggung dengan kurva utilitas juga berubah. Sedangakan efek pendatan
terjadi akibat pergeseran budget line secara paralel.
Efek substitusi (substitution effect) dan
efek perubahan pendapatan (income effect) dan berbeda untuk tiap jenis barang:
normal goods, inferior goods, dan giffen goods. Berikut adalah uraian efek
substitusi dan efek pendapatan dari masing-masing jenis barang:
Normal
Goods
Normal goods adalah jenis barang yang
apabila pendapatan bertambah, maka nlah barang yang dikonsumsi juga bertambah.
Pada normal goods, efek substitusi (substitution
effect) dan efek pendapatan (incomect) bergerak secara bersamaan. Artinya, jika
terjadi penurunan harga maka pergerakan efek subtitusi (substitution effect)
akan menyebabkan jumlah barang yang dikonsumsi (Q)meningkat, karena terjadinya
pergerakan sepanjang kurva kepuasan bersama (indifference curve), dan
pergerakan karena efek pendapatan (income effect) akan meningkatkan jumlah
barang yang dikonsumsi(Q) karena daya beli yang semakin tinggi (real income
naik) sehingga kurva kepuasan bersama (indifference curve) bergerak tingkat
yang lebih tinggi. Sebaliknya, bila harga barang naik setiap pergerakan efek
substitusi maupun pergerakan efek pendapatan akan menurunkan jumlah barang yang
dikonsumsi (Q).
Pendapatan
(I)
|
Substitution
Effect
|
Income effect
|
|
Normalgoods
|
Naik
|
+
|
+
|
Turun
|
-
|
-
|
Contoh 1:
Apabila besarnya
pendapatan (I) adalah Rp 2.000.000,- ,dan akan dibelanjakan untuk membeli
barang X (Px) Rp50.000,- per buah dan harga barang Y (Py) Rp50.000,- per buah
,bagaimanakah efek substitusi dan efek pendapatan jika harga barang x (Px) pun
menjadi Rp25.000,- ?
Turunnya harga barang x (px) menyebabkan harga
relatif (relative price) . Px/Py berubah menjadi lebih kecil, sehingga budged
line bergerak pada porosnya (sumbu y) ke arah kanan, yaitu dari budget line ke
budget line yang berarti pula kemiringan pe) budged line berkurang (semakin
ladai). Terdapat dua tahap pergerakan yang disebabkan oleh efek substitusi dan
efek pendapatan. Tahap pertama adalah pergerakan langsung disebabkan oleh efek
substitusi. Yang termasuk dalam efek substitusi adalah
Pergerakan sepanjang
kurva kepuasan bersama (indifference curve) awal (U1) dari titik A ketitik B
yang disebabkan karena harga relatif (relative price) mengecil, sehungga jumlah
barang yang dikonsumsi bertambah dari Xa ke Xb . titik B adalah titik di mana
harga relatif awal sama dengan harga relatif yang baru. Tahap kedua adalah
pergerakan yang disebabkan oleh efek pendapatan. Yang termasuk dalam efek
pendapatan adalah meningkatnya kurva kepuasan bersama dari U1 ke U2 karena
naiknya real income sehingga terjadi penambahan jumlah barang yang dikonsumsi
dari Xa ke Xc.
Contoh 2:
Merujuk pada contoh 1,
bagaiman efek subtitusi dan efek pendapatan jika harga barang X (Px) naik
menjadi Rp 100.000?
Naiknya harga barang X (Px)
menyebabkan harga relatif (Px) berubahmenjadi lebih besar, sehingga budget line
bergerak pada porosnya (sumbu X) kearah kiri , yaitu dari budget line, yang
berarti pula kemiringan . budget line berkurang ( semakin landai ). Pergerakan
akibat efek substitusi merupakan pergerakan tahap pertama yang disebabkan oleh
berkurangnya harga relatif sehingga terjadi pergerakan sepanjang kurva kepuasan
bersama.
Awal (U1) dari titik A
ketitik B.pergerakan ini menyebabkan pengurangan barang yang dikonsumsi dari Xa
Ke Xa’ . Titik B ini adalah titik dimana harga relatif awal sama dengan harga
relatifyang baru. Pergerakan tahap kedua disebabkan oleh efek pendapatan karena
turunnya real income sehingga kurva kepuasan bersama menurun dari U1 ke U2 (pada titik C). Pergerakan ini menyebabkan
berkurangnya jumlah barang yang dikonsumsi dari Xa ke Xc’.
Inferior goods
Inferior goods adalah kebalikan
dari normal goods dimana jumlah barang yang dikonsumsi akan berkurang bila
pendapatan bertambah.
Pada inferior goosds, efek
substitusi dan efek pendapatan bergerak secara berlawanan. Jika terjadi
penurunan harga barang X , maka harga relatif berkurang dan pendapatan riil
meningkat, sehingga pergerakan karna efek subtitusi akan menyebabkan jumlah
barang yang dikonsumsi (Qx) meningkat sedangkan pergerakan yang disebabkan oleh
efek pendapatan akan menurunkan jumlah barang yang dikonsumsi (Qx). Sebaliknya
bila harga barang X naik, maka harga relatif bertambah dan pendapatan riil
berkurang, sehingga pergerakan karena efek substitusi akan menyebabkan jumlah
barang yang dikonsumsi (Qx) berkurang sedangkan pergerakan yang disebabkan oleh
efek pendapatan akan meningkatkan jumlah barang yang dikonsumsi.
Net effec dari inferior goods ini
sangat tergantung dari kekuatan masing-masing efek. Bila efek substitusi lebih
kuat dari efek pendapatan, maka pergerakanny akan mengikuti pergerakan dari
efek substitusi. Sebaliknya jika efek pendapatan yang lebih kuat dari pada efek
substitusi , sehingga pergerakan akan mengikuti efe pendapatan.
Contoh 1:
Bapak Malik
berpenghasilan Rp. 8.000.000 per bulan yang digunakan untuk membeli 2 barang
yaitu barang X yang merupakan inferior Goods dan barang Y yang merupakan normal goods. Harga barang y
adalah Rp 200.000 perbuah dan harga barang X adalah Rp. 160.000 per buah.
Apabila terjadi penurunan harga barang X bagaiman efek subtitusi dan efek
pendapatan dariperubahan harga tersebut?
Turunnya harga barang X (Px)
menyebabkan harga relatif (Px/Py) berubah menjadi lebih kecil , sehingga budged
line bergerak pada porosnya (sumbu Y) kearah kanan, yaitu dari budged line1 ,
ke budget line2 yang berarti pula kemiringan, budget line berkurang (semakn
landai). Seperti juga pada normal goods pergerakan ini terdiri dari2 tahap yang
disebabkan oleh 2 efek , yaitu: efek substitusi dan efek pendapatan. Tahap
pertama adalah pergerakan yang disebabkan oleh efek substitusi , yang termasuk
dalam efek substitusi adalah pergerakan sepanjang kurva kepuasan besama awal
(U1) dari titim A ke titikB yang disebaban karena harga relatif mengecil. Titik
b adalah dimana harga relatif awal sama dengan harga relatif yang baru, tahap
kedua adalah pergerakan oleh efek pendapatan.
Seperti yang telah dijelaskan
diatas, bahwa pada inferior goods, naiknya pendapatan menyebabkan turunnya
barang yang akan dikonsumsi. Turunnya harga mengakibatkan naiknya pendapatan
riil, sehingga kurva kepuasan bersama meningkat dari U1 ke U2 ( pada ttik C)
dan terjadi pergerakan dari titik B ke titik C yang berarti jumlah barang yang
dikonsumsi (Qx) berkurang dari
(Xa ke Xc’). Besarnya pergerakan efek
substitusi lebih besar dari pada pergerakan efek pendapatan, sehingga net
effect nya adalah penambahan jumlah barang yang dikonsumsi (Qx) sebesar (Xa-Xc)
Contoh 2:
Dengan menggunakan
dari contoh 1 diatas yaitu pendapatan Rp. 8.000.000 harga barang Y (normal
Goods) Rp. 200.000 dan harga barang X
(inferior goods) Rp. 160.000 . bagaiman efek substitusi , efek pendapatan dan
net effecapabila terjadi kenaikan harga barang X menjadi Rp. 320.000 ?
Naiknya harga barang X
(Px) menyebabkan harga relatif (px/Py)berubah menjadi lebih besar, sehingga
budget line bergerak pada porosnya (sumbu Y) kearah kiri , yaitu dari budget
line1 kebudget line 2’ yang berarti pula kemiringan, budget line bertambah
(semakin curam). Tahap pertama pergerakan adalah akibat efek substitusi dimana
harga relatif yang lebih besar menyebabkan pergerakan sepanjang kurva kepuasan
bersama awal (U1) dari titik A ketitik B yang berarti berkurangnya jumlah
barang yang dikonsumsi . dari Xa ke Xb’ . tahap kedua adalah pergerakan yang
disebabkan oleh efek pendapatan . naiknya harga barang X (Px) menyenbabkan
turunnya real income sehingga kurva kepuasan bersama turun dari U1 ke U2’. Pada
inferior Goods turunnya real income akan
Menaikkan jumlah
barang yang dikonsumsi yaitu dari Xb ke Xc. Besarnya efek substitusi sama
dengan besarnya efek pendapatan, sehingga net effect – nya adalah nol (0). Hal ini
berarti, secara keseluruhan tidak terjadi perubahan jumlah barang yang
dikonsumsi.
Giffen
Goods
Giffen
goods adalah
inferior goods yang efek
pendapatannya lebih besar dari pada efek substitusi.
Giffen
goods ini sangat jarang terjadi di dunia. Pada giffen goods, harga dan jumlah barang yang dikonsumsi berhubungan
secara positif. Artinya, jika harga barang naik, maka jumlah barang yang
dikonsumsi juga naik. Sebaliknya, jika harga turun, maka jumlah barang yang
dikonsumsi juga turun.
Turunnya harga barang X (Px)
menyebabkan harga relatif (relative price)
menjadi kecil sehingga budget line
pada porosnya (sumbu Y) ke kanan dan terjadi pergerakan pada kurva kepuasan
bersama (indifference curve) dari
titik A ke B. Pergerakan ini disebabkan efek substitusi, sehingga jumlah barang
yang dikonsumsi bertambah dari Xa ke Xb.1
Disamping itu,
penurunan harga mengakibatkan bertambahnya real
income. Seperti juga yang terjadi pada inferior
goods, pada giffen goods
bertambahnya real income
mengakibatkan naikknya kurva kepuasan bersama (indifference curve) dari U1 ke U2 dan turunnya jumlah barang yang
dikonsumsi dari Xb ke Xc (titik B ke titik C). Karena efek pendapatan lebih
besar daripada efek substitusi, sehingga net
effect adalah pengurangan jumlah barang dikonsumsi dari Xa ke Xc.
Seperti yang telah diuraikan di
atas, bila kenaikan pendapatan benar-benar kenaikan real income) terjadi sehingga meningkatkan daya beli (purchasing power), maka perubahan pola
permintaan barang X (Dx) dan barang Y (Dx) berubah sesuai dengan jenis
barangnya. Untuk normal goods,
permintaan keduanya meningkat; untuk inferior
goods, permintaan keduanya juga meningkat meskipun kenaikan permintaan inferior goods lebih kecil dari pada
kenaikan permintaan superior goods;
untuk giffengoods, permintaan giffen goods menurun dengan naiknya
pendapatan.
Namun, bila kenaikan pendapatan
tersebut sekadar kenaikan nominal income,
maka yang terjadi adalah money illusion.
Akibatnya pola permintaan barang X (Dx) dan Y (Dx) berubah meskipun sebenarnya
tidak ada perubahan pada budget line.
Dalam hal giffen goods, orang merasa
lebih kaya sehingga permintaannya terhadap
giffen goods turun sedangkan permintaannya terhadap superior goods naik. Misalnya ikan asin kita
anggap sebagai giffen goods,
sedangkan burger kita anggap superiorgoods.
Anggap pula pemerintah mencetak uang baru yang menimbulkan efek inflasi; yang
nominal naik, namun daya beli tidak naik. Dengan adanya money illusion, orang yang merasa lebih kaya karena menerima gaji
lebih besar akan mengurangi permintaan akan ikan asin dan menaikkan
permintaannya akan burger. Jadi terjadi pergeseran pada permintaan dari ikan
asin ke burger, meskipun sebenarnya kenaikan gaji tersebut sekadar money illusion.
Dalam skala yang lebih kecil,
perubahan pola permintaan yang seperti ini juga terjadi pada inferior goods. Di negara-negara
berkembang, termasuk indonesia, hal ini justru didorong oleh proses peniruan
gaya hidup (global life style).
Permintaan Coca Cola misalnya, naik dan permintaan bandrek (yang dianggap giffen goods) turun karena masyarakat
merasa lebih kaya dengan adanya money
illusion.
Secara makro, pendapatan real per kapita (GDP per capita dalam
harga konstan tidak meningkat namun permintaan barang-barang yang berbau asing
(yang dianggap superior) meningkat. Dalam skala yang lebih besar, pendapatan
riil perkapita tidak meningkat namun impor meningkat.
Dalam konsep makro ekonomi islami, money illusion ini tidak akan terjadi.
Pertama, bila uang yang digunakannya adalah dinar dan dirham (gold & silver money), maka secara
alami tidak akan terjadi money illusion. Kedua,
bila uang yang digunakannya adalah fiat
money (uang kertas, uang logam) maka syarat penggunaan uang jenis ini
adalah pemerintah wajib menjaga nilainya. Artinya, pemerintah boleh menambah
jumlah uang yang beredar dengan syarat nilainya tidak boleh berubah, sehingga money illusion juga tidak terjadi.
2.7
Dampak Uang pada Sisi Penawaran: money
illusion dan Pilihan Teknologi (Materi Intermediate)
Sedangkan pada sisi penawaran
dampak dimasukkannya unsur uang terasa pada biaya khususnya ketika optimalisasi
penggunaan input. Untuk mudahnya, katakan saja fungsi produksi hanya terdiri
dari dua jenis input yaitu tenaga kerja (labor, L) dan modal (Kapital, K).
Harga tenaga kerja L adalah w, dan
haraga modal K adalah r. Marjinal
productivity tenaga kerja adalah MPl, dan marginal productivity adalah MPk.
Selama MPl>w, maka penggunaan tenaga kerja masih menguntungkan untuk harus
ditambah karena tambahan 1 unit tenaga kerja menghasilkan nilai output yang
lebih besar dari pada harga input w.
Begitu pula selama MPk>r, maka
penggunaan modal masih menguntungkan untuk terus ditambah karena tambahan 1
unit modal menghasilkan nilai output yang lebih besar daripada harga input r. Alokasi optimal ini disebut marginal Rate of Technical Substitution (MRTS)
Sekarang, katakanlah pemerintah
mencetak uang baru yang menimbulkan inflasi sehingga terjadi money illusion. Kenaikan jumlah uang
beredar diantisipasi oleh pekerja akan menimbulkan inflasi, sehingga pekerja
menurut adanya kenaikan gaji. Katakanlah kenaikan gaji tersebut benar-benar
terjadi, padahal tidak ada perubahan apapun pada produktivitas marginal para
pekerja. Jadi w>MPl. Bila ini terjadi, maka penggunaan input tenaga kerja
akan dikurangi, dan dialihkan pada penggunaan input modal. Dalam istilah
ekonomi dikatakan terjadi perubahan kemiringan (slope) MRTS.
Di negara-negara
berkembang, termasuk indonesia, hal ini juga di dorong oleh proses pengalihan
teknologi usang darinegara maju ke negara berkembang. Barang-barang modal
seperti mesin-mesin yang telah usang teknologinya karena telah ditemukan
teknologi yang lebih baru, dijual dengan harga murah ke negara-negara
berkembang. Teknologi produksi yang padat modal akan menjadi pilihan di
negara-negara berkembang menggantikan teknologi produksi yang padat karya,
meskipun tingkat pengangguran tinggi di negara-negara berkembang tersebut. Secara makro, pertumbuhan ekonomi meningkat,
namun pertumbuhan pengangguran juga meningkat meskipun pertumbuhan penduduk
konstan.
Dalam konsep makro ekonomi
islami, hal ini tidak terjadi. Pertama, bila sistem yang digunakan adalah
sistem upah (ijarah atau ju’alah)
maka money illusion ini tidak akan
terjadi sebagaimana telah dijelaskan. Kedua, Islam juga mengenal sistem bagi.
Langkah-langkah
pemerintah tersebut bukan membantu mengatasi masalah depresi,bahkan memperburuk
menjadi lebih dalam .Teori ekonomi klasik dapat menjelaskan penyebab timbulnya
Great Depression dan tidak dapat menjawab bagaimana cara mengatasinya sehinnga
konsep ekonomi klasik ini dengan terjadi Great Depression.
Pada tahun 1936,john Maynard keynes menjawab pertanyaan tentang penyebab
Depression dalam bukunya the General theory of employment,interest and
money.eynes menerangkan bahwa pemerintah harus melakukan campur tangan dalam
mengendalikan perekonomian nasioanal
dengan krbijakan-kebijakan secara aktif hingga mempengaruhi gerak
perekonomian.keynes juga mengatakan bahwa bukannya penawaran agregat saja yang
menentukan pendapatan nasional,tapi juga permintaan agregat ,misalnya denagn
menurunkan pajak ,meningkatkan belanja pemerintah(government spending).
Pentingnya peranan pemerintah dalam perekonomian sebenarnya telah
diungkap oleh ibn khaldun beratus tahun yang
lalu(732H\1332M-808H\1406M).Khaldun beratus mengatakan bahwa pemerintah adalah
pasar terbesar ,ibu dari semua dalam hal besarnya pendapatan dan
penerimaan.jika pasar pemerintah mengalami penurunan ,wajar bila pasar yang
lain pun akan ikut menurun,bahkan dalam agregat yang lebih besar.Negara adalah
faktor produksi terpenting di mana produksi bergantung pada penawaran dan
permintaan terhadap produk.
Bagi ibn khaldun,sisi pengeluaran keuangan puplik sangatlah penting
.pada satu sebagian dari pengeluaran ini penting bagi aktivitas lain.Tanpa
ketertiban kestabilan politik,produsen tidak memiliki insentif untuk
berproduksi.Mereka takut kehilangan tabungan dan labanya karena keracunan dalam
negaranya.pada sisi lain ,pemerintah menjalangkan fungsi terhadap sisi
permintaan pasar.Dengan permintaanya ,pemeritah memicu produksi.jika pemerintah
menghentikan belanjanya ,krisis akan terjadi.oleh karena itu ,semakin banyak
yang dibelanjakan pemerintah,semakin baik akibatnya bagi perekonomian.
Kebijakan fiskal dengan meningkatkan pembangunan infrastuktur juga telah
terapkan pada zaman pemerintah khulafaur Rasyidin,antara lain zaman pemerintah
umar bin khattab.kota kuffah dan basrah dibangun atas perintahnya termasuk
pembangunan dan pelebaran jalan.umar bin khatab juga merintah kepaa amr bin ash
yang kala itu menjadi gubernur mesir untuk mengalokasikan sepertiga dari
penerimaan mesir untuk membangun jembatan ,terusan dan jaringan persediaan
air.Tindakan u
2.8
Dampak Pemerintah Pada Sisi Penawaran:Suppy Side Economics(Materi Intermediate)
Supply side economics adalah penciptaan insentif kepada individual dan
perusahaan guna meningkatkan produktivitas.cara yang banyak dilakukan adalah
dengan pengurangan pajak sehingga memberikan insentif untuk bekerja lebih
keras,berinvestasi lebih bnyak.Akibatnya terjadi peningkatan agregat penawaran(aggrega
supply)jangka pendek(short run)dan akhirnya peningkatan pendapatan negara
sepenurunan tingkat harga.
Pemotongan pajak pendapatan untuk memicu pendapatan perekonomian pernah
dilakukan di Amerika Serikat pada masa Presiden John F. Kennedy. Pada tahun
1964, atas usulan dari Dewan Penasihat Ekonomi. Presiden John F. Kennedy
menerapkan pemotongan pajak pendapatan yang cukup besar kepada individu maupun
perusahaan dengan tujuan agar pengeluaran bertambah, baik untuk konsumsi maupun
investasi, dan juga meningkatkan tingkat pendapatan serta kesempatan kerja yang
lebih tinggi. Kebijakan Kennedy ini memberikan hasil yaitu pertumbuhan GDP riil
dari 5,3% pada tahun 1964 menjadi 6,0 pada tahun 1965. Selain itu juga terjadi
penurunan tingkat pengangguran dari 5,4% pada tahun 1964 menjadi 4,5% pada
tahun 1965. Pemotongan pajak pernah
dilakukan oleh Presiden George W. Bush pada tahun 2001. Pada saat itu
perekonomian stabil. Akan tetapi, hasilnya tidak sesuai harapan setelah
dilakukan pemotongan pajak perekonomian berjalan lambat, pengangguran
meningkat.
Kebijakan supply side economi ini juga populer pada kampanye presiden
tahun 1980. Pada saat itu timbul pertanyaan bagaimana pengaruh kebijakan
perubahan tingkat pajak ( tax rate ) individu dan perusahaan terhadap
pendapatan pajak negara ( tax revenue ). Pertanyaan ini dijawab oleh Arthur
Laffer dengan menggunakan kurva laffer ( Laffer Curve) . Kurva Laffer
menunjukan bahwa terdapat respon terhadap asentif dari kebijakan supply side
economi. Hubungan antara tingkat pajak dengan pendapatan pajak negara tergambar
pada kurva laffer di bawah ini:
Pada
titik A, B, C, peningkatan tingkat pajak akan menyebabkan bertambahnya
pendapatan pajak negara. Akan tetapi setelah titik D ( titik maksimum ),
peningkatan tingkat pajak akan menyebabkan turunnya pendapatan pajak negara,
bahkan pada titik G di mana pengenaan pajak adalah 100% sehingga pemerintah
tidak akan memperoleh pendapatan pajak.
Laffer
dalam menciptakan kurva Laffer terinspirasi oleh pemikiran Ibn Khaldun (732
H/1332 M-808 H/1406 M). Ibn Khaldun menyatakan bahwa pajak menghasilkan
pendapatan yang besar dari pembebanan yang kecil. Sebaliknya, pajak
menghasilkan pendapatan yang kecil dari pembebanan yang besar. Bila pembebanan
pajak rendah, masyarakat akan termotivasi untuk bekerja lebih giat lagi
sehingga tingkat produksi naik, yang konsekuensinya akan meningkatkan
pendapatan pajak. Bila dalam memenuhi kebutuhannya pemerintah menerapkan pajak
yang tinggi melebihi batas kewajaran, akibatnya motivasi masyarakat untuk
bekerja turun bahkan dapat berhenti berproduksi sehingga jumlah produksi
menurun yang konsekuensinya pendapatan turun. Jadi, menurut Ibn Khaldun,
terdapat optimum fiskal yang dapat mendorong timbulnya produksi yang
konsekuensinya meningkatkan pendapatan negara.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Simpulan
·
Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana manusia dalam usahanya
memenuhi kebutuhan – kebutuhannya mengadakan pemilihan diantara berbagai
alternative pemuas kebutuhan yang relative terbatas.
·
Konsep dasar ekonomi makro diantaranya meliputi: sejarah, defenisi,
pengertian, permasalahan, model serta permintaan dan penawaran agregat.
·
Kebijakan ekonomi makro meliputi: kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan
kebijakan luar negri.
3.2
Saran
Telah kita ketahui bersama bahwa kita diberikan
kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi apapun, maka dari itu diharapkan
kita bisa merubah perekonomian kita yang kurang baik ini, meskipun dalam
lingkup yang kecil, sepertikeluarga. Dan disamping itu kita ketahui juga bahwa
dalam melakukan kegiatan ekonomi itu tentunya tidak akan terlepas dari
permasalahan-permasalahan, seperti: Masalah Pertumbuhan Ekonomi, Masalah
Ketidakstabilan Kegiatan Ekonomi, Masalah Kenaikan Harga (Inflasi), Masalah Pengangguran,
tetapi untuk mencapai tujuan dari itu semua diperlukan kebijakan-kebijakan,
seperti: kebijakan fiskal, moneter dan kebijakan segi penawaran.
Daftar
Pustaka
Adwarman A. Karim,
2015. Ekonomi Makro Islami. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar