Rabu, 21 Juni 2017

MAKRO EKONOMI

MAKALAH

MAKRO EKONOMI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Ekonomi Makro Islam
Dosen pengampu: Guntur Kusuma Wardana, MM










Disusun oleh:
Widyaningrum
Noviatul Hasanah
Uswatun Hasanah
Rofiatul Romadiana
Susi Wulandhari




PROGAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG
2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Makro Ekonomi” dengan lancar, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan manfaat bagi kita semua.
            Tak lupa kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar, dan juga memberikan dukungan baik secara moril maupun materil.
            Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu saya mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.






Genteng, 22 Maret 2016



Penulis            
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1.2 Sejarah Perkembangan Ekonomi Makro
1.2 Pokok Masalah Ekonomi Makro
1.2 Permasalahan dan Tujuan Ilmu Ekonomi Makro
1.2 Uang dalam Ekonomi Syariah
1.2 Adanya Pemerintah sebagai Pelaku Ekonomi Raksasa
1.2 Dampak Uang pada Sisi Permintaan
1.2 Dampak Uang pada Sisi Penawaran
1.2 Dampak Pemerintah pada Sisi Penawaran
BAB IIIPENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar  Belakang Masalah
Dalam ilmu ekonomi, terdapat dua cabang yaitu ekonomi makro dan ekonomi mikro. Yang dimaksud dengan ekonomi makro adalah kajian tentang aktivitas ekonomi suatu negara, sedangkan ekonomi mikro adalah kajian tentang tingkah laku individual dalam ekonomi. Perbedaan yang esensial dalam kajian ekonomi mikro dan ekonomi makro mencakup dua hal, yaitu:
Adanya uang dalam ekonomi makro, sehingga nominal price menjadi faktor kajian penting. Daam kajian ekonomi mikro, yang terpenting adalah harga relatif (relative price, Px/Py), atau harga relatif pendapatan (income relative price, I/Px,I/Py). Adanya uang inilah yang nantinya akan menghasilkan cabang ilmu ekonomi moneter.
Adanya pembeli dan penjual raksasa dalam ekonomi makro yaitu pemerintah. Kemampuan dan perilaku pemerintah membelanjakan dan menabung uangnya dalam jumlah yang sangat besar menjadi kajian tersendiri yang nantinya akan menghasilkan cabang ilmu ekonomi fiskal.







1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah Yang Dimaksud dengan Sejarah Perkembangan Ekonomi Makro?
1.2.2 Apakah Yang Dimaksud dengan Pokok Masalah Ekonomi Makro?
1.2.3 Apakah Yang Dimaksud dengan Permasalahan dan Tujuan Ilmu Ekonomi Makro?
1.2.4 Apakah Yang Dimaksud dengan Uang dalam Ekonomi Syariah?
1.2.5 Apakah Yang Dimaksud dengan Adanya Pemerintah sebagai Pelaku Ekonomi Raksasa?
1.2.6Apakah Yang Dimaksud denganDampak Uang pada Sisi Permintaan?
1.2.7 Apakah Yang Dimaksud dengan Dampak Uang pada Sisi Penawaran?
1.2.8 Apakah Yang Dimaksud dengan Dampak Pemerintah pada Sisi Penawaran?

1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui dan Menjelaskan Perkembangan Ekonomi Makro.
1.3.2 Mengetahui dan Menjelaskan Pokok Masalah Ekonomi Makro.
1.3.3 Mengetahui dan Menjelaskan Permasalahan dan Tujuan Ilmu Ekonomi Makro.
1.3.4 Mengetahui dan Menjelaskan Uang dalam Ekonomi Syariah.
1.3.5 Mengetahui dan Menjelaskan Adanya Pemerintah sebagai Pelaku Ekonomi Raksasa.
1.3.6 Mengetahui dan Menjelaskan Dampak Uang pada Sisi Permintaan.
1.3.7 Mengetahui dan Menjelaskan Dampak Uang pada Sisi Penawaran.
1.3.8 Mengetahui dan Menjelaskan Dampak Pemerintah pada Sisi Penawaran.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan ilmu ekonomi makro berawal dari kegagalan ekonomi klasik yang sangat fanatic terhadap konsep mekanisme pasar dalam  mengatur perekonomian. Kegagalan tersebut memunculkan pemikiran-pemikiran baru para ahli –ahli ekonomi. Alhi ekonomi dari Keynesian menekankan betapa pentingnya peranan pemerintah. Pemerintah cukup strategis dalam mengendalikan berbagai masalah ekonomi makro, seperti inflasi dan pengengguran serta pertumbuhan ekonomi melalui berbagai kebijakan. Sementara golongan klasik berkeyakinan bahwa mekanisme pasar akan dapat mengatasi segala masalah perekonomian. Berikut ini akan diuraikan dua aliran pemikiran ahli-ahli ekonomi tersebut yakni ahli-ahli ekonomi klasik dan ahli-ahli ekonomi Keynesian.
   Adam Smith, Karyanya yang terkenal adalah bukuAn Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (disingkat The Wealth of Nations) adalah buku pertama yang menggambarkan sejarah perkembangan industri dan perdagangan di Eropa serta dasar-dasar perkembangan perdagangan bebas dan kapitalisme. Adam Smith adalah salah satu pelopor sistem ekonomi Kapitalisme. Sistem ekonomi ini muncul pada abad 18 di Eropa Barat dan pada abad 19 mulai terkenal disana.  Adam smith melalui buku The Wealth Of Nation mendorong pemikir ahli-ahli klasik sangat menekan tentang peranan system pasar bebas sebagai pengetur kegiatan ekonomi yang efisien. Ahli-ahli ekonomi klasik berkeyakinan bahwa konsep invisible hand atau bekerjanya mekanisme pasar kekuatan penjual dan pembeli dalam berinteraksi dalam berbagai kegiatan ekonomi dapat menentukan produk apa yang di hasilkan.
Depresi ekonomi yang hebat terjadi pada tahun 1929-1933 melahirkan ekonomi baru asal inggris yaitu John Maynard Keynes (1883-1946) dengan bukunya yang terkenal “ General Theory of Employment,Interest and Money”ditulis tahun 1936 menjadi cikal bakal bagi perkembangan “TEORI EKONOMI MAKRO”.
Sesudah Keynes berkembanglah tunas-tunas baru yang tidak sepenuhnya Klasik dan Keynesian, seperti kelompok   Post Keynesian Economists”  dengan tokohnya antara lain: John Robinson, Paul Davidson, Sidney Weintraub, Kelompok Allan Meltzer , kelompok “ Rational Expectations” dengan tokohnya antara lain: Robert Lucas, Mark Willes, Robert Barro, dan sebagainya.
                                                                                                    
2.2 Pokok Masalah Ekonomi Makro
Masalah pokok perekonomian adalah terbatasya alat pemuas, padahal kebutuhan manusia tidak terbatas sehingga menyebabkan  ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Dan pada akhirnya menyebabkan masalah kelangkaan atau kekurangan.  Sehingga dua masalah pokok yang harus dipecahkan yaitu:
1.    Kebutuhan manusia
Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. selama hidup manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi.
Yang dimaksudkan dengan kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi barang dan jasa. Sebagian barang dan jasa ini diimportdari luar negeri. Tetapi kebanyakan diproduksikan di dalam negeri. Keinginan untuk memperoleh barang dan jasa dapat dibedakan kepada dua bentuk yaitu keinginan yang disertai oleh kemampuan untuk membeli.atau yang dinamakan permintaan efektif dan keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan untuk membeli.
2.    Masalah kelangkaan
Masalah kelangkaan atau kekurangan berlaku sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara (i) kebutuhan masyarakat (ii) faktor-faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat.Faktor – faktor produksi yang dapat digunakan untuk menghasilkan barang-barang tersebut adalah relatif terbatas. Oleh karenanya masyarakat tidak dapat memperoleh dan menikmati semua barangyang mereka butuhkan atau inginkan. Mereka perlu membuat dan menentukan pilihan.
Sumber daya alam dan jumlahnya sangat terbatas. SDA tersebut berangsur-angsur berkurang, bahkan akan habis dalam memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu, mengakibatkan kelangkaan. Jadi, kelangkaan adalah terbatasnya macam dan SDA yang ada untuk memenuhi kebutuhan manusia.

2.3 Permasalahan dan Tujuan Ilmu Ekonomi Makro
Masalah ekonomi yang ditimbulkan akibat kesenjangan AS dengan AD antara lain :Secara garis besar, permasalahan kebijaksanaan makro mencakup dua permasalahan pokok:
a.       Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi. Masalah ini berkaitan dengan bagaimana “menyetir” perekonomian nasional dari bulan ke bulan, dan triwulan ke triwulan atau dan     tahun ke tahun, agar terhindar dan tiga “penyakit makro” utama yaitu:
1)      Inflasi,
2)      Pengangguran
3)      Ketimpangan dalam neraca pembayaran.
4)      Pertumbuhan ekonomi
b.      Masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan.
Masalah ini adalah mengenai bagaimana kita “menyetir” perekonomian kita agar ada keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi. Pada asasnya masalahnya juga berkisar pada bagaimana menghindari ketiga penyakit makro di atas, hanya perpektif waktunya adalah lebih panjang (lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh lima tahun).
Tujuan Ekonomi Makro :
 Tujuan Makro Ekonomi, adalah mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi melalui:
a)      Menstabilkan kegiatan ekonomi
b)      Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja (kesempatan kerja) penuh tanpa inflasi
c)      Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh
d)     Menghindari masalah inflasi



2.4 Uang dalam Ekonomi Makro
            Definisi uang adalah alat tukar atas barang dan jasa dalam pasar ekonomi. Dalam kajian ekonomi makro, yang penting adalah harga relatif (Relative Price, Px/I) atau harga relatif pendapatan (Income Relative Price, I/Px dan I/Py) . Harga relatif elative price) Px/Py menentukan kemiringan (slope) budget line.
Harga Relatif Barang  X terhadap barang Y (relative price, Px/Py)
            Besarnya harga relatif (relative price, Px/Py) menentukan kemiringan budget line. Bila harga relatife semakin besar (Px/Py >) . maka kemiringan budget line semakin besar (semakin curam). Sedangkan bila harga relafe semakin kecil (Px/Py <). Maka kemiringan budget line semakin kecil (semakin landai).
Contoh:
Untuk memenuhi kebutuhan bapak rusdi terhadap barang X dan barang Y, jumlah dana yang tersedia untuk mengonsumsi kedua barang tersebut adalah Rp. 160.000, saat ini barang X adalah Rp.8.000, per buah dan barang Y adalah Rp. 10.000 Per buah. Berikut adalah kombinasi jumlah barang X dan Y yang dapat dikonsumsikan oleh bapak rusdi sesuai dengan dana yang tersedia.
Tabel 1.1 jumlah barang X dan Y dikonsumsi dengan Px/Py = 0.8
Kombinasi Barang
Harga Barang X

(Px)
Jumlah Barang X dikombinasi (Qx)
Harga Barang Y

(Py)
Jumlah Barang Y dikonsumsi (Qy)
Pengeluaran Total
Ao
8.000
20
10.000
0
160.000
Bo
8.000
15
10.000
4
160.000
Co
8.000
10
10.000
8
160.000
Do
8.000
0
10.000
16
160.000
            Dari beberapa kombinasi jumlah barang X dan jumlah barang Y yang dapat dikombinasikan seperti terlihat pada tabel 1.1 dibuat budget line sebagai berikut:
Grafik diatas menggambaran budget line Bapak Rusdi dalam mengonsumsi barang X dan barang Y, dan menunjukkan kemiringan budget line yang besarnya sama dengan arga relatife (Px/Py) yaitu 0,8
            Apabila arga barang X (Px) turun menjadi Rp 5.000 perbuah dan harga barang (Py) tetap Rp 10.000 perbuah , maka harga relatif (Relative price) Px/Py akan turun dan jumlah barang X dan Y yang dapat dionsumsi oleh bapak Rusdi berubah seperti terlihat pada dibawah ini:
Tabel 1.2 jumlah barang X dan Y dikonsumsi dengan Px/Py = 0,5
Kombinasi Barang
Harga Barang X

(Px)
Jumlah Barang X dikombinasi (Qx)
Harga Barang Y

(Py)
Jumlah Barang Y dikonsumsi (Qy)
Pengeluaran Total
A’
5.000
32
10.000
0
160.000
B’
5.000
24
10.000
4
160.000
C’
5.000
16
10.000
8
160.000
D’
5.000
0
10.000
16
160.000

            Dari kombinasi jumlah barang X dan jumlah barang y seperti pada tabel diatas dibuatlah grafik budget line adalah sebagai berikut:

Grafik diatas menggambarkan budget line Bapak Rusdi dalam mengkonsumsi barang X dan Barang Y. Grafik Budget Line, menggambarkan kondisi awal penurunan harga barang X, sedangkan grafik Budget Line, menunjukkan kondisi setelah terjadinya penurunan barang X. Turunnya harga barang X (Px) selalu mengubah kombinasi jumlah barang x dan barang Y yang dikonsumsi, juga mengubah harga relatif (relative price) Px/Py menjadi lebih kecil, dari 0,8 menjadi 0,5 penurunan harga relatif (relative price) Px/Py menyebabkan perubahan kemiringan budget line menjadi lebih kecil (lebih landai)
            Apabila harga barang X (Px) tetap Rp 8.000 per buah sedangkan harga barang Y (Py) turun menjadi Rp 4.000 per buah, maka harga relatif (relative price) Px/Py naik menjadi 8.000/4.000 = 2 dan jumlah barang X dan barang Y yang dpat dikonsumsi oleh Bapak Rusdi berubah seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.3 jumlah barang X dan Y dikonsumsi dengan Px/Py = 2
Kombinasi Barang
Harga Barang X

(Px)
Jumlah Barang X dikombinasi (Qx)
Harga Barang Y

(Py)
Jumlah Barang Y dikonsumsi (Qy)
Pengeluaran Total
A’’
8.000
20
4.000
0
160.000
B’’
8.000
15
4.000
10
160.000
C’’
8.000
10
4.000
20
160.000
D’’
8.000
0
4.000
40
160.000

            Dari kombinasi jumlah Brang X dan Barang Y seperti pada Tabel diatas, dibuatlah grafik Budget Line adalah sebagai berikut:
Grafik diatas menggambarkan Budget Line Bapak Rusdi dalam mengkonsumsi barang X dan Barang Y . grafik Budget Line, menggambarkan kondisi awal sebelum terjadi penurunan harga barang X, sedangkan grafik Budget Line, menunjukkan kondisi setelah terjadi penurunan harga barang Y. Turunnya harga barang Y (Py) selain mengubah kombinasi jumlah barang X dan jumlah Barang Y yang dikonsumsi, juga mengubah harga relatif (relative price) Px/Py menjadi lebih besar, dari 0,8 menjadi 2. Peningkatan harga relatif (relative price) Px/Py menyebabkan perubahan kemiringan budget line menjadi lebih besar (lebih curam)
Harga Relatif Pendapatan Terhadap Harga Barang X atau arga Barang Y (income relative price, I/Px atau I/Py)
            Dalam ekonomi mikro hanya dikenal satu nilai dari uang, yaitu daya beli uang yang digambarkan dalam harga Relatif pendapatan (income relative price, I/Px atau I Py). Harga relatif pendapatan (income relative price, I/Px atau I/Py) menentukan lewat titik budget line pada sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Bila semua pendapatan digunakan untuk membeli barang X, maka daya belinya adalah I/Px = Qx, bila semua pendapatan digunakan untuk membeli barang y, maka daya belinya adalah I/Py = Qy

Contoh:
Bapak Ridwan ingin mengonsumsi barang X dan barang Y dengan pendapatan sebesar 1.000.000,- Harga Barang X adalah Rp 100.000,- per meter persegi dan harga Barang Y Rp 5.000,- per meter persegi. Berikut adalah daya beli Bapak Ridwan terhadap barang X dan Barang y adalah sebagai berikut:
Pendapatan (I)
Barang
Harga Barang
Daya Beli (I/P)
1.000.000
X
100.000
10
1.000.000
Y
50.000
20

Jika harga barang X turun menjadi Rp40.000 Per meter persegi, maka daya beli Bapak Ridwan adalah:
Tabel 1.5 Perubahan Daya Beli bila Barang X turun
Pendapatan (I)
Barang
Harga Barang
Daya Beli (I/P)
1.000.000
X
40.000
25
1.000.000
Y
50.000
20

            Turunnya harga Barang X menyebabkan daya beli barang X meningkat. Tiap budget line pada sumbu X bergerak dari angka 10 (Io/Pxo) ke angka 25 (Io/Px’), sedangkan titik budget line pada sumbu Y tetap, sehingga budget line bergerak pada porosnya, yaitu dtitik 20 pada sumbu Y (Io/Pyo).
            Jika harga Barang Y naik menjadi Rp 75.000 per meter persegi, maka daya beli Bapak Ridwan adalah:
Tabel 1.6 Perubahan Daya beli Harga Barang Y Naik
Pendapatan (I)
Barang
Harga Barang
Daya Beli (I/P)
1.000.000
X
40.000
25
1.000.000
Y
50.000
20

Naiknya harga barang Y menyebabkan daya beli barang Y menurun. Titik budget line pada sumbu Y bergerak dari angka 20 (Io/Pyo) ke angka 13,3 (Io/Py’), sedangkan titik budget line pada sumbu X tetap, sehingga budget line bergerak pada porosnya yaitu dititik 10 pada sumbu X (Io/Pxo).
            Jika pendapatan (I) Bapak Ridwan naik menjadi Rp 1.500.000,- maka daya beli Bapak Ridwan adalah:
Pendapatan (I)
Barang
Harga Barang
Daya Beli (I/P)
1 500.000
X
100.000
15
1.500.000
Y
50.000
30


            Naiknya pendapatan Bapak Ridwan menyebabkan daya beli barang X dan barang Y meningkat. Titik budget line pada sumbu X bergerak dari angka 10 (Io/Pxo) ke angka 15 (I’/Pxo), sedangkan titik budget line pada sumbu Y bergerak dari angka 20 (Io/Pyo) ke angka 30 (I’/Pyo), sehingga budget line secara pararel bergera kearah kanan.
            Dalam ekonomi makro, adanya unsur uang menyebabkan nominal price menjadi penting karena ada dua nilai yang berbeda yaitu: nilai nominal uang dan daya beli barang. Satu nominal pendapatan naik berarti nominal uang yang dimiliki bertambah, namun belum tentu daya belinya juga meningkat. Katakanlah pemerintah mencetak uang baru sehingga jumlah uang yang beredar bertambah banyak padahal barang yang tersedia tidak bertambah (Qx ó), maka yang terjadi adalah naiknya barang X (Px á). Secara matematis: Iá/Pxá = Qx ó
            Pergerakan kurva AD ke AD’ karena adanya kenaikan pendapatan dan juga menambah jumlah uang yang beredar. Kurva AS vertikal karena jumlah barang yang tersedia tetap. Pergerakan kurva AD ke kurva AD’ menyebabkan naiknya harga barang X dari Rp 100.000,- menjadi Rp. 150.000,-. Bila persentase kenaikan pendapatan sama dengan persentase kenaikan harga, maka daya beli tidak berubah.
            Jika yang naik bukan saja harga barang X tapi juga harga barang-barang lain, bicara umum fenomena ini disebut inflasi. Inflasi menggambarkan daya beli uang dalam perspektif domestik.

            Jika perubahan daya beli itu ditempatkan dalam perspektif internasional, maka fenomena ini disebut perubahan nilai tukar. Bayangkan bila satu roti untuk sandwich harganya Rp. 4.000,- di Dunin Donuts Jakarta, sedangkan harga barang yang sama di Bostin, Amerika Serikat adalah USD 1, setahun kemudian roti untuk sundwich tersebut naik menjadi Rp. 8.000,-. Sedangkan di Boston tetap USD 1. Hal ini menggambarkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD melemah atau dengan barang lain daya beli rupiah menurun separuhnya dibandingkan daya bel USD terhadap barang yang sama.
            Dalam buku ekonomi mikro islami, telah dijelaskan bahwa perbedaan antara konsep islam dengan konsep konvensional terletak pada perbedaan konsep utilitas pada sisi permintaan dan konsep produksi pada sisi penawaran. Dengan dimasukkan unsur uang dalam ekonomi makro, maka perbedaan antara ekonomi makro islam dengan ekonomi makro konvensional, bertambah satu lagi yaitu perbedaan konsep uang dalam masyarakat islam, uang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan, bahkan keberadaan uang dapat menghindari terjadinya riba fadhl
            Fungsi utama uang dalam konsep islam adalah memperlancar transaksi sektor beli sehingga tidak diperlukan adanya double coincidence needs. Fungsi ini secara konsisten diperhatikan dalam konsep islam, sehingga transaksi dipasar uang selalu terkait dengan transaksi dipasar barang.
2.5 Adanya Pemerintah Sebagai Pelaku Ekonomi Raksasa
            Dalam ekonomi mikro, pendapatan Y seorang individu dapat digunakan untuk mengkonsumsi C dan menabung S, yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
Y=C+S
Keterangan:
Y = Pendapatan Individu
C = Konsumsi
S = tabungan

            Bila ada banyak orang maka dalam ekonomi makro pendapatan semua orang yang berada dalam satu negara disebut pendapatan domestik Bruto (PDB) atau GDP (Gross Domestic Product).
            Sampai disini ssebenarnya tidak ada perbedaan yang esensial antar konsep pendapatan Y, konsumsi C, dan tabungan S dalam ekonomi mikro dibandingkan dengan ekonomi makro.perbedaan hanya terletak pada agregasi ( penjumlahan horizontal ) dari masing-masing komponen. Dalam ekonomi makro yang diukur adalah Y,C,S individual, sedangkan dalam ekonomi makro Agregat C, Agregat S yaitu penjumlahan dari semua individu pada negara tersebut. Untuk membedakan antar perilaku rumah tangga atau keluarga (household) dengan perilau pemerintah, maka Agregat Y, agregat C, agregat S keluarga disebut sebagai Yh’ , Ch’ , Sh’ dimana notasi ‘h’ berarti househld (keluarga)
            Perbedaan yang esensial terletak pada adanya pemerintah yang mempunyai kemampuan yang sangat besar dan perilaku yang berbeda. Untuk membedakannya sebut saja Ys’ , Cg’ , Sg’ dimana notasi ‘g’ berarti government.
Keseluhan ,total pendapatan ,total konsumsi dan tabungan dapat dirumuskan :
( Yh + Yg ) = (Ch + Sh ) + (Cg +Sg )
Dalam teori ekonomi yang di kembangkan oleh aliran keynesian, sering kali diasunsikan bahwa tabungan (S) akan digunakan sepenuhnya untuk melakukan investasi (I). Secara matematis dirumuskan:
S = I
Meskipun tidak selamanya benar, asumsi ini menyederhanakan pemahaman bagi pemula. Bila asumsi ini kita gunakan dalam persamaan di atas, maka diperoleh rumus:
( Yh + Yg ) = ( Ch + Ih ) + (Cg + Ig )

Dalam banyak literatur ekonomi makro yang dikembangkan oleh aliran keynesian, lazimnya investasi tidak dibedakan antara yang dilakukan oleh keluarga maupun oleh pemerintah. Bila investasi keluarga (Ih) digabungkan dengan investasi pemerintah (Ig), dan sebut saja investasi (I); pendapatan keluarga (Yh) digabungkan dengan pendapatan pemerintah (Yg), dan sebut saja pendapatan (Y). Dalam literatur aliran tersebut, konsumsi pemerintah (Cg), lazim diberi notasi G, maka persamaan (1-5) dapat di tulis sebagai berikut:
( Yh + Yg ) = Ch + (Ih + Ig) + Cg
Y = C + I + G

2.6 Dampak uang pada sisi permintaan: money illusion dan po komsumsi ( materi intermediate)
   Dalam ekonomi makro islami, perbedaan pada sisi permintaan terasa dampak dimasukkannya unsur uang pada teori optimalisasi, khususnya pada bugned line (minimumkan bugned line tertentu). Efek akhir bugned line(line effect) merupakan kombinasi dari efek subsitusi(substitution effect) dan efek perubahan pendapatan (incom effect). Efek substitusi terjadi akibat perubahan harga ralatif (relative price) ini akan mengubah kemiringan (slope)budget line, sehingga tinggung dengan kurva utilitas juga berubah. Sedangakan efek pendatan terjadi akibat pergeseran budget line secara paralel.
   Efek substitusi (substitution effect) dan efek perubahan pendapatan (income effect) dan berbeda untuk tiap jenis barang: normal goods, inferior goods, dan giffen goods. Berikut adalah uraian efek substitusi dan efek pendapatan dari masing-masing jenis barang:
Normal Goods
    Normal goods adalah jenis barang yang apabila pendapatan bertambah, maka nlah barang yang dikonsumsi juga bertambah.
    Pada normal goods, efek substitusi (substitution effect) dan efek pendapatan (incomect) bergerak secara bersamaan. Artinya, jika terjadi penurunan harga maka pergerakan efek subtitusi (substitution effect) akan menyebabkan jumlah barang yang dikonsumsi (Q)meningkat, karena terjadinya pergerakan sepanjang kurva kepuasan bersama (indifference curve), dan pergerakan karena efek pendapatan (income effect) akan meningkatkan jumlah barang yang dikonsumsi(Q) karena daya beli yang semakin tinggi (real income naik) sehingga kurva kepuasan bersama (indifference curve) bergerak tingkat yang lebih tinggi. Sebaliknya, bila harga barang naik setiap pergerakan efek substitusi maupun pergerakan efek pendapatan akan menurunkan jumlah barang yang dikonsumsi (Q).

Pendapatan
(I)
Substitution
Effect
Income effect
Normalgoods
Naik
+
+

Turun
-
-

Contoh 1:
Apabila besarnya pendapatan (I) adalah Rp 2.000.000,- ,dan akan dibelanjakan untuk membeli barang X (Px) Rp50.000,- per buah dan harga barang Y (Py) Rp50.000,- per buah ,bagaimanakah efek substitusi dan efek pendapatan jika harga barang x (Px) pun menjadi Rp25.000,- ?
Turunnya harga barang x (px) menyebabkan harga relatif (relative price) . Px/Py berubah menjadi lebih kecil, sehingga budged line bergerak pada porosnya (sumbu y) ke arah kanan, yaitu dari budget line ke budget line yang berarti pula kemiringan pe) budged line berkurang (semakin ladai). Terdapat dua tahap pergerakan yang disebabkan oleh efek substitusi dan efek pendapatan. Tahap pertama adalah pergerakan langsung disebabkan oleh efek substitusi. Yang termasuk dalam efek substitusi adalah
Pergerakan sepanjang kurva kepuasan bersama (indifference curve) awal (U1) dari titik A ketitik B yang disebabkan karena harga relatif (relative price) mengecil, sehungga jumlah barang yang dikonsumsi bertambah dari Xa ke Xb . titik B adalah titik di mana harga relatif awal sama dengan harga relatif yang baru. Tahap kedua adalah pergerakan yang disebabkan oleh efek pendapatan. Yang termasuk dalam efek pendapatan adalah meningkatnya kurva kepuasan bersama dari U1 ke U2 karena naiknya real income sehingga terjadi penambahan jumlah barang yang dikonsumsi dari Xa ke Xc.
Contoh 2:
Merujuk pada contoh 1, bagaiman efek subtitusi dan efek pendapatan jika harga barang X (Px) naik menjadi Rp 100.000?
            Naiknya harga barang X (Px) menyebabkan harga relatif (Px) berubahmenjadi lebih besar, sehingga budget line bergerak pada porosnya (sumbu X) kearah kiri , yaitu dari budget line, yang berarti pula kemiringan . budget line berkurang ( semakin landai ). Pergerakan akibat efek substitusi merupakan pergerakan tahap pertama yang disebabkan oleh berkurangnya harga relatif sehingga terjadi pergerakan sepanjang kurva kepuasan bersama.
Awal (U1) dari titik A ketitik B.pergerakan ini menyebabkan pengurangan barang yang dikonsumsi dari Xa Ke Xa’ . Titik B ini adalah titik dimana harga relatif awal sama dengan harga relatifyang baru. Pergerakan tahap kedua disebabkan oleh efek pendapatan karena turunnya real income sehingga kurva kepuasan bersama menurun dari U1 ke U2  (pada titik C). Pergerakan ini menyebabkan berkurangnya jumlah barang yang dikonsumsi dari Xa ke Xc’.
 Inferior goods
            Inferior goods adalah kebalikan dari normal goods dimana jumlah barang yang dikonsumsi akan berkurang bila pendapatan bertambah.
            Pada inferior goosds, efek substitusi dan efek pendapatan bergerak secara berlawanan. Jika terjadi penurunan harga barang X , maka harga relatif berkurang dan pendapatan riil meningkat, sehingga pergerakan karna efek subtitusi akan menyebabkan jumlah barang yang dikonsumsi (Qx) meningkat sedangkan pergerakan yang disebabkan oleh efek pendapatan akan menurunkan jumlah barang yang dikonsumsi (Qx). Sebaliknya bila harga barang X naik, maka harga relatif bertambah dan pendapatan riil berkurang, sehingga pergerakan karena efek substitusi akan menyebabkan jumlah barang yang dikonsumsi (Qx) berkurang sedangkan pergerakan yang disebabkan oleh efek pendapatan akan meningkatkan jumlah barang yang dikonsumsi.
            Net effec dari inferior goods ini sangat tergantung dari kekuatan masing-masing efek. Bila efek substitusi lebih kuat dari efek pendapatan, maka pergerakanny akan mengikuti pergerakan dari efek substitusi. Sebaliknya jika efek pendapatan yang lebih kuat dari pada efek substitusi , sehingga pergerakan akan mengikuti efe pendapatan.
Contoh 1:
Bapak Malik berpenghasilan Rp. 8.000.000 per bulan yang digunakan untuk membeli 2 barang yaitu barang X yang merupakan inferior Goods dan barang Y  yang merupakan normal goods. Harga barang y adalah Rp 200.000 perbuah dan harga barang X adalah Rp. 160.000 per buah. Apabila terjadi penurunan harga barang X bagaiman efek subtitusi dan efek pendapatan dariperubahan harga tersebut?
            Turunnya harga barang X (Px) menyebabkan harga relatif (Px/Py) berubah menjadi lebih kecil , sehingga budged line bergerak pada porosnya (sumbu Y) kearah kanan, yaitu dari budged line1 , ke budget line2 yang berarti pula kemiringan, budget line berkurang (semakn landai). Seperti juga pada normal goods pergerakan ini terdiri dari2 tahap yang disebabkan oleh 2 efek , yaitu: efek substitusi dan efek pendapatan. Tahap pertama adalah pergerakan yang disebabkan oleh efek substitusi , yang termasuk dalam efek substitusi adalah pergerakan sepanjang kurva kepuasan besama awal (U1) dari titim A ke titikB yang disebaban karena harga relatif mengecil. Titik b adalah dimana harga relatif awal sama dengan harga relatif yang baru, tahap kedua adalah pergerakan oleh efek pendapatan.
            Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa pada inferior goods, naiknya pendapatan menyebabkan turunnya barang yang akan dikonsumsi. Turunnya harga mengakibatkan naiknya pendapatan riil, sehingga kurva kepuasan bersama meningkat dari U1 ke U2 ( pada ttik C) dan terjadi pergerakan dari titik B ke titik C yang berarti jumlah barang yang dikonsumsi (Qx) berkurang dari

 (Xa ke Xc’). Besarnya pergerakan efek substitusi lebih besar dari pada pergerakan efek pendapatan, sehingga net effect nya adalah penambahan jumlah barang yang dikonsumsi (Qx) sebesar (Xa-Xc)
Contoh 2:
Dengan menggunakan dari contoh 1 diatas yaitu pendapatan Rp. 8.000.000 harga barang Y (normal Goods) Rp. 200.000 dan  harga barang X (inferior goods) Rp. 160.000 . bagaiman efek substitusi , efek pendapatan dan net effecapabila terjadi kenaikan harga barang X menjadi Rp. 320.000 ?
Naiknya harga barang X (Px) menyebabkan harga relatif (px/Py)berubah menjadi lebih besar, sehingga budget line bergerak pada porosnya (sumbu Y) kearah kiri , yaitu dari budget line1 kebudget line 2’ yang berarti pula kemiringan, budget line bertambah (semakin curam). Tahap pertama pergerakan adalah akibat efek substitusi dimana harga relatif yang lebih besar menyebabkan pergerakan sepanjang kurva kepuasan bersama awal (U1) dari titik A ketitik B yang berarti berkurangnya jumlah barang yang dikonsumsi . dari Xa ke Xb’ . tahap kedua adalah pergerakan yang disebabkan oleh efek pendapatan . naiknya harga barang X (Px) menyenbabkan turunnya real income sehingga kurva kepuasan bersama turun dari U1 ke U2’. Pada inferior Goods turunnya real income akan


Menaikkan jumlah barang yang dikonsumsi yaitu dari Xb ke Xc. Besarnya efek substitusi sama dengan besarnya efek pendapatan, sehingga  net effect – nya adalah nol (0). Hal ini berarti, secara keseluruhan tidak terjadi perubahan jumlah barang yang dikonsumsi.
Giffen Goods
            Giffen goods adalah inferior goods yang efek pendapatannya lebih besar dari pada efek substitusi.
            Giffen goods ini sangat jarang terjadi di dunia. Pada giffen goods, harga dan jumlah barang yang dikonsumsi berhubungan secara positif. Artinya, jika harga barang naik, maka jumlah barang yang dikonsumsi juga naik. Sebaliknya, jika harga turun, maka jumlah barang yang dikonsumsi juga turun.
            Turunnya harga barang X (Px) menyebabkan harga relatif (relative price) menjadi kecil sehingga budget line pada porosnya (sumbu Y) ke kanan dan terjadi pergerakan pada kurva kepuasan bersama (indifference curve) dari titik A ke B. Pergerakan ini disebabkan efek substitusi, sehingga jumlah barang yang dikonsumsi bertambah dari Xa ke Xb.1
Disamping itu, penurunan harga mengakibatkan bertambahnya real income. Seperti juga yang terjadi pada inferior goods, pada giffen goods bertambahnya real income mengakibatkan naikknya kurva kepuasan bersama (indifference curve) dari U1 ke U2 dan turunnya jumlah barang yang dikonsumsi dari Xb ke Xc (titik B ke titik C). Karena efek pendapatan lebih besar daripada efek substitusi, sehingga net effect adalah pengurangan jumlah barang dikonsumsi dari Xa ke Xc.
            Seperti yang telah diuraikan di atas, bila kenaikan pendapatan benar-benar kenaikan real income) terjadi sehingga meningkatkan daya beli (purchasing power), maka perubahan pola permintaan barang X (Dx) dan barang Y (Dx) berubah sesuai dengan jenis barangnya. Untuk normal goods, permintaan keduanya meningkat; untuk inferior goods, permintaan keduanya juga meningkat meskipun kenaikan permintaan inferior goods lebih kecil dari pada kenaikan permintaan superior goods; untuk giffengoods, permintaan giffen goods menurun dengan naiknya pendapatan.
            Namun, bila kenaikan pendapatan tersebut sekadar kenaikan nominal income, maka yang terjadi adalah money illusion. Akibatnya pola permintaan barang X (Dx) dan Y (Dx) berubah meskipun sebenarnya tidak ada perubahan pada budget line. Dalam hal giffen goods, orang merasa lebih kaya sehingga permintaannya terhadap giffen goods turun sedangkan permintaannya terhadap superior goods naik. Misalnya ikan asin kita anggap sebagai giffen goods, sedangkan burger kita anggap superiorgoods. Anggap pula pemerintah mencetak uang baru yang menimbulkan efek inflasi; yang nominal naik, namun daya beli tidak naik. Dengan adanya money illusion, orang yang merasa lebih kaya karena menerima gaji lebih besar akan mengurangi permintaan akan ikan asin dan menaikkan permintaannya akan burger. Jadi terjadi pergeseran pada permintaan dari ikan asin ke burger, meskipun sebenarnya kenaikan gaji tersebut sekadar money illusion.
            Dalam skala yang lebih kecil, perubahan pola permintaan yang seperti ini juga terjadi pada inferior goods. Di negara-negara berkembang, termasuk indonesia, hal ini justru didorong oleh proses peniruan gaya hidup (global life style). Permintaan Coca Cola misalnya, naik dan permintaan bandrek (yang dianggap giffen goods) turun karena masyarakat merasa lebih kaya dengan adanya money illusion.
            Secara makro, pendapatan real per kapita (GDP per capita dalam harga konstan tidak meningkat namun permintaan barang-barang yang berbau asing (yang dianggap superior) meningkat. Dalam skala yang lebih besar, pendapatan riil perkapita tidak meningkat namun impor meningkat.
            Dalam konsep makro ekonomi islami, money illusion ini tidak akan terjadi. Pertama, bila uang yang digunakannya adalah dinar dan dirham (gold & silver money), maka secara alami tidak akan terjadi money illusion. Kedua, bila uang yang digunakannya adalah fiat money (uang kertas, uang logam) maka syarat penggunaan uang jenis ini adalah pemerintah wajib menjaga nilainya. Artinya, pemerintah boleh menambah jumlah uang yang beredar dengan syarat nilainya tidak boleh berubah, sehingga money illusion juga tidak terjadi.

2.7 Dampak Uang pada Sisi Penawaran: money illusion dan Pilihan Teknologi (Materi Intermediate)
            Sedangkan pada sisi penawaran dampak dimasukkannya unsur uang terasa pada biaya khususnya ketika optimalisasi penggunaan input. Untuk mudahnya, katakan saja fungsi produksi hanya terdiri dari dua jenis input yaitu tenaga kerja (labor, L) dan modal (Kapital, K). Harga tenaga kerja L adalah w, dan haraga modal K adalah r. Marjinal productivity tenaga kerja adalah MPl, dan marginal productivity adalah MPk.
            Selama MPl>w, maka penggunaan tenaga kerja masih menguntungkan untuk harus ditambah karena tambahan 1 unit tenaga kerja menghasilkan nilai output yang lebih besar dari pada harga input w. Begitu pula selama MPk>r, maka penggunaan modal masih menguntungkan untuk terus ditambah karena tambahan 1 unit modal menghasilkan nilai output yang lebih besar daripada harga input r. Alokasi optimal ini disebut marginal Rate of Technical Substitution (MRTS)


            Sekarang, katakanlah pemerintah mencetak uang baru yang menimbulkan inflasi sehingga terjadi money illusion. Kenaikan jumlah uang beredar diantisipasi oleh pekerja akan menimbulkan inflasi, sehingga pekerja menurut adanya kenaikan gaji. Katakanlah kenaikan gaji tersebut benar-benar terjadi, padahal tidak ada perubahan apapun pada produktivitas marginal para pekerja. Jadi w>MPl. Bila ini terjadi, maka penggunaan input tenaga kerja akan dikurangi, dan dialihkan pada penggunaan input modal. Dalam istilah ekonomi dikatakan terjadi perubahan kemiringan (slope) MRTS.

Di negara-negara berkembang, termasuk indonesia, hal ini juga di dorong oleh proses pengalihan teknologi usang darinegara maju ke negara berkembang. Barang-barang modal seperti mesin-mesin yang telah usang teknologinya karena telah ditemukan teknologi yang lebih baru, dijual dengan harga murah ke negara-negara berkembang. Teknologi produksi yang padat modal akan menjadi pilihan di negara-negara berkembang menggantikan teknologi produksi yang padat karya, meskipun tingkat pengangguran tinggi di negara-negara berkembang tersebut.  Secara makro, pertumbuhan ekonomi meningkat, namun pertumbuhan pengangguran juga meningkat meskipun pertumbuhan penduduk konstan.

            Dalam konsep makro ekonomi islami, hal ini tidak terjadi. Pertama, bila sistem yang digunakan adalah sistem upah (ijarah atau ju’alah) maka money illusion ini tidak akan terjadi sebagaimana telah dijelaskan. Kedua, Islam juga mengenal sistem bagi.
Langkah-langkah pemerintah tersebut bukan membantu mengatasi masalah depresi,bahkan memperburuk menjadi lebih dalam .Teori ekonomi klasik dapat menjelaskan penyebab timbulnya Great Depression dan tidak dapat menjawab bagaimana cara mengatasinya sehinnga konsep ekonomi klasik ini dengan terjadi Great Depression.
                    Pada tahun 1936,john Maynard keynes menjawab pertanyaan tentang penyebab Depression dalam bukunya the General theory of employment,interest and money.eynes menerangkan bahwa pemerintah harus melakukan campur tangan dalam mengendalikan perekonomian nasioanal  dengan krbijakan-kebijakan secara aktif hingga mempengaruhi gerak perekonomian.keynes juga mengatakan bahwa bukannya penawaran agregat saja yang menentukan pendapatan nasional,tapi juga permintaan agregat ,misalnya denagn menurunkan pajak ,meningkatkan belanja pemerintah(government spending).
                    Pentingnya peranan pemerintah dalam perekonomian sebenarnya telah diungkap oleh ibn khaldun beratus tahun yang lalu(732H\1332M-808H\1406M).Khaldun beratus mengatakan bahwa pemerintah adalah pasar terbesar ,ibu dari semua dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaan.jika pasar pemerintah mengalami penurunan ,wajar bila pasar yang lain pun akan ikut menurun,bahkan dalam agregat yang lebih besar.Negara adalah faktor produksi terpenting di mana produksi bergantung pada penawaran dan permintaan terhadap produk.
                    Bagi ibn khaldun,sisi pengeluaran keuangan puplik sangatlah penting .pada satu sebagian dari pengeluaran ini penting bagi aktivitas lain.Tanpa ketertiban kestabilan politik,produsen tidak memiliki insentif untuk berproduksi.Mereka takut kehilangan tabungan dan labanya karena keracunan dalam negaranya.pada sisi lain ,pemerintah menjalangkan fungsi terhadap sisi permintaan pasar.Dengan permintaanya ,pemeritah memicu produksi.jika pemerintah menghentikan belanjanya ,krisis akan terjadi.oleh karena itu ,semakin banyak yang dibelanjakan pemerintah,semakin baik akibatnya bagi perekonomian.
                    Kebijakan fiskal dengan meningkatkan pembangunan infrastuktur juga telah terapkan pada zaman pemerintah khulafaur Rasyidin,antara lain zaman pemerintah umar bin khattab.kota kuffah dan basrah dibangun atas perintahnya termasuk pembangunan dan pelebaran jalan.umar bin khatab juga merintah kepaa amr bin ash yang kala itu menjadi gubernur mesir untuk mengalokasikan sepertiga dari penerimaan mesir untuk membangun jembatan ,terusan dan jaringan persediaan air.Tindakan u 
2.8 Dampak Pemerintah Pada Sisi Penawaran:Suppy Side Economics(Materi Intermediate)
                      Supply side economics adalah penciptaan insentif kepada individual dan perusahaan guna meningkatkan produktivitas.cara yang banyak dilakukan adalah dengan pengurangan pajak sehingga memberikan insentif untuk bekerja lebih keras,berinvestasi lebih bnyak.Akibatnya terjadi peningkatan agregat penawaran(aggrega supply)jangka pendek(short run)dan akhirnya peningkatan pendapatan negara sepenurunan tingkat harga.
                  Pemotongan pajak pendapatan untuk memicu pendapatan perekonomian pernah dilakukan di Amerika Serikat pada masa Presiden John F. Kennedy. Pada tahun 1964, atas usulan dari Dewan Penasihat Ekonomi. Presiden John F. Kennedy menerapkan pemotongan pajak pendapatan yang cukup besar kepada individu maupun perusahaan dengan tujuan agar pengeluaran bertambah, baik untuk konsumsi maupun investasi, dan juga meningkatkan tingkat pendapatan serta kesempatan kerja yang lebih tinggi. Kebijakan Kennedy ini memberikan hasil yaitu pertumbuhan GDP riil dari 5,3% pada tahun 1964 menjadi 6,0 pada tahun 1965. Selain itu juga terjadi penurunan tingkat pengangguran dari 5,4% pada tahun 1964 menjadi 4,5% pada tahun 1965.    Pemotongan pajak pernah dilakukan oleh Presiden George W. Bush pada tahun 2001. Pada saat itu perekonomian stabil. Akan tetapi, hasilnya tidak sesuai harapan setelah dilakukan pemotongan pajak perekonomian berjalan lambat, pengangguran meningkat.
             Kebijakan supply side economi ini juga populer pada kampanye presiden tahun 1980. Pada saat itu timbul pertanyaan bagaimana pengaruh kebijakan perubahan tingkat pajak ( tax rate ) individu dan perusahaan terhadap pendapatan pajak negara ( tax revenue ). Pertanyaan ini dijawab oleh Arthur Laffer dengan menggunakan kurva laffer ( Laffer Curve) . Kurva Laffer menunjukan bahwa terdapat respon terhadap asentif dari kebijakan supply side economi. Hubungan antara tingkat pajak dengan pendapatan pajak negara tergambar pada kurva laffer di bawah ini:






            Pada titik A, B, C, peningkatan tingkat pajak akan menyebabkan bertambahnya pendapatan pajak negara. Akan tetapi setelah titik D ( titik maksimum ), peningkatan tingkat pajak akan menyebabkan turunnya pendapatan pajak negara, bahkan pada titik G di mana pengenaan pajak adalah 100% sehingga pemerintah tidak akan memperoleh pendapatan pajak.
            Laffer dalam menciptakan kurva Laffer terinspirasi oleh pemikiran Ibn Khaldun (732 H/1332 M-808 H/1406 M). Ibn Khaldun menyatakan bahwa pajak menghasilkan pendapatan yang besar dari pembebanan yang kecil. Sebaliknya, pajak menghasilkan pendapatan yang kecil dari pembebanan yang besar. Bila pembebanan pajak rendah, masyarakat akan termotivasi untuk bekerja lebih giat lagi sehingga tingkat produksi naik, yang konsekuensinya akan meningkatkan pendapatan pajak. Bila dalam memenuhi kebutuhannya pemerintah menerapkan pajak yang tinggi melebihi batas kewajaran, akibatnya motivasi masyarakat untuk bekerja turun bahkan dapat berhenti berproduksi sehingga jumlah produksi menurun yang konsekuensinya pendapatan turun. Jadi, menurut Ibn Khaldun, terdapat optimum fiskal yang dapat mendorong timbulnya produksi yang konsekuensinya meningkatkan pendapatan negara.




BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
·           Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan – kebutuhannya mengadakan pemilihan diantara berbagai alternative pemuas kebutuhan yang relative terbatas.
·           Konsep dasar ekonomi makro diantaranya meliputi: sejarah, defenisi, pengertian, permasalahan, model serta permintaan dan penawaran agregat.
·           Kebijakan ekonomi makro meliputi: kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan kebijakan luar negri.


3.2 Saran
Telah kita ketahui bersama bahwa kita diberikan kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi apapun, maka dari itu diharapkan kita bisa merubah perekonomian kita yang kurang baik ini, meskipun dalam lingkup yang kecil, sepertikeluarga. Dan disamping itu kita ketahui juga bahwa dalam melakukan kegiatan ekonomi itu tentunya tidak akan terlepas dari permasalahan-permasalahan, seperti:  Masalah Pertumbuhan Ekonomi, Masalah Ketidakstabilan Kegiatan Ekonomi, Masalah Kenaikan Harga (Inflasi), Masalah Pengangguran, tetapi untuk mencapai tujuan dari itu semua diperlukan kebijakan-kebijakan, seperti: kebijakan fiskal, moneter dan kebijakan segi penawaran.




Daftar Pustaka
Adwarman A. Karim, 2015. Ekonomi Makro Islami. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar